Sejarah Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap Muslim menjelang Idulfitri. Kewajiban ini ditetapkan pada tahun ke-2 Hijriah, tahun yang sama ketika puasa Ramadhan diwajibkan.
Pada masa Rasulullah ﷺ, zakat fitrah dibayarkan dalam bentuk makanan pokok seperti kurma, gandum, tepung, atau beras, dengan takaran satu sha’ (sekitar 2,5 hingga 3 kg). Tujuan utama zakat fitrah adalah menyucikan jiwa dari kekurangan dalam berpuasa serta membantu fakir miskin agar mereka juga dapat merayakan Idulfitri dengan layak.
Rukun Zakat Fitrah
Agar zakat fitrah sah, ada beberapa rukun yang harus dipenuhi, yaitu:
- Muzakki (Orang yang wajib membayar zakat)
Setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan, yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari semalam pada malam dan pagi Idulfitri. - Mustahik (Orang yang berhak menerima zakat)
Zakat fitrah diberikan kepada delapan golongan yang disebut dalam Al-Qur’an, tetapi lebih diutamakan untuk fakir miskin. - Jenis Harta yang Dizakatkan
Zakat fitrah dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah tersebut, seperti beras, gandum, atau kurma. - Waktu Pembayaran
Waktu wajibnya adalah sejak terbenamnya matahari pada malam Idulfitri hingga sebelum salat Id. Namun, zakat fitrah boleh dibayarkan sejak awal Ramadhan.
Dalil Zakat Fitrah
Dalil dari Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-A’la:
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya (dengan zakat).” (QS. Al-A’la: 14)
Ayat ini dipahami oleh sebagian ulama sebagai dalil tentang zakat fitrah yang berfungsi menyucikan jiwa.
Dalil dari Hadis
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Rasulullah ﷺ mewajibkan zakat fitrah sebagai penyucian bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor, serta sebagai makanan bagi orang miskin.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Zakat fitrah bukan sekadar kewajiban, tetapi juga sarana untuk menyempurnakan ibadah Ramadhan dan mempererat solidaritas sosial dalam masyarakat Muslim.