Biografi Sayyidina Husain bin Ali
Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusyai al-Quraisy al-Hasyimi (Imam Husain) lahir di Kota Madinah pada 3 Sya’ban 4 H (626 M). Beliau adalah putra kedua dari pasangan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah az-Zahra, serta merupakan cucu Nabi Muhammad SAW.
Kepribadian Sayyidina Husain
Sayyidina Husain dikenal sebagai sosok yang pemberani, saleh, dan sangat mencintai kebenaran. Banyak riwayat yang menceritakan kegigihan beliau dalam beribadah. Salah satunya, menurut riwayat Ibnu Abdi Rabbah dari Ali bin Husain, beliau biasa melaksanakan salat seribu rakaat setiap harinya.
Diriwayatkan pula bahwa Abdullah bin Ubaid bin Umar mengatakan, “Husain bin Ali menunaikan haji dua puluh lima kali dengan berjalan kaki, meskipun disertai dengan kuda-kudanya.”
Beliau hidup bersama Rasulullah SAW selama tujuh tahun, dan selama itu Rasulullah SAW sendiri yang memberinya makan, mengajarinya ilmu, serta membimbingnya dalam etika dan akhlak. Setelah Rasulullah SAW wafat, beliau tetap setia menemani ayahnya dalam berbagai persoalan. Begitu pula setelah ayahnya wafat, beliau terus mendampingi saudaranya, Imam Hasan a.s., dalam menegakkan kebenaran.
Peran Sayyidina Husain dalam Sejarah Islam
Pada masa kepemimpinan ayahnya, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Sayyidina Husain ikut terlibat dalam tiga pertempuran besar, yaitu:
- Perang Jamal
- Perang Shiffin
- Perang Nahrawan
Pada masa kepemimpinan kakaknya, Imam Hasan a.s., beliau juga berperan dalam berbagai peristiwa penting, termasuk dalam perjanjian dengan Muawiyah.
Selama sepuluh tahun, beliau mengamati berbagai persoalan yang terjadi di masanya dan berulang kali mengadakan perlawanan terhadap Muawiyah. Setelah Muawiyah wafat, Sayyidina Husain menolak berbaiat kepada Yazid bin Muawiyah dan dengan penuh keberanian menentang kepemimpinannya. Penolakan ini mengantarkan beliau kepada peristiwa tragis di Padang Karbala.
Tragedi Karbala dan Syahidnya Sayyidina Husain
Pada bulan Muharam 61 H, Sayyidina Husain bersama keluarga dan pengikut setianya gugur di Padang Karbala. Dalam peristiwa tragis ini, beliau dibunuh secara keji dengan cara dipenggal kepalanya, yang kemudian diserahkan kepada Yazid bin Muawiyah.
Tragedi Karbala menjadi peristiwa yang dikenang sebagai bentuk pengorbanan dalam menegakkan kebenaran dan menolak kezaliman.
Misteri Makam Sayyidina Husain
Hingga kini, makam Sayyidina Husain masih menjadi misteri dalam sejarah Islam dan terus diperdebatkan. Ada dua pendapat utama mengenai lokasi makam beliau:
- Karbala, Irak: Pendapat dari kalangan Syiah menyatakan bahwa kepala Sayyidina Husain berhasil diambil dan disatukan kembali dengan tubuhnya, lalu dimakamkan di Karbala.
- Kairo, Mesir: Pendapat lain menyebutkan bahwa kepala Sayyidina Husain dipindahkan ke Kairo. Salah satu alasannya adalah karena adanya kerusuhan di Asqolan, yang diyakini sebagai tempat awal pemakamannya.
Kepala beliau kemudian dipindahkan ke Kairo pada tahun 1153 M dan dimakamkan di Masjid Al-Husain, yang merupakan bagian dari kompleks pemakaman Dinasti Fathimiyah.