Sejarah Kota Thaif: Kota Sejuk di Pegunungan Hijaz

Thaif adalah sebuah kota yang terletak di sebelah tenggara Makkah, sekitar 70 kilometer jauhnya, di wilayah pegunungan Sarawat. Berada di ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan laut, kota ini memiliki iklim yang sejuk dan subur, menjadikannya tempat pertanian penting sejak zaman dahulu. Namun, bukan hanya iklimnya yang istimewa—Thaif juga memiliki tempat penting dalam sejarah Islam dan budaya Arab.

Thaif Sebelum Islam

Sebelum datangnya Islam, Thaif dikuasai oleh suku Bani Tsaqif, salah satu suku kuat di wilayah Hijaz. Kota ini terkenal sebagai pusat ekonomi dan keagamaan, karena menjadi rumah bagi berhala besar Al-Lat, yang disembah oleh banyak suku Arab saat itu. Selain itu, Thaif juga dikenal karena tanahnya yang subur—tempat tumbuhnya anggur, delima, dan tanaman-tanaman lainnya.

Thaif dalam Sejarah Nabi Muhammad SAW

Salah satu momen paling menyentuh dalam sejarah Thaif adalah ketika Rasulullah SAW datang ke kota ini untuk berdakwah, setelah menghadapi penolakan keras dari kaum Quraisy di Makkah. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun ke-10 kenabian.

Namun, sambutan penduduk Thaif sangat menyakitkan. Tidak hanya menolak dakwah Nabi, mereka bahkan menghasut anak-anak dan budak untuk melempari beliau dengan batu, hingga kaki beliau berdarah. Dalam kondisi penuh luka dan kesedihan, Nabi berdoa kepada Allah dengan doa yang sangat menyentuh hati—sebuah momen spiritual yang abadi dalam sejarah Islam.

Setelah itu, Nabi tidak langsung membalas. Bahkan ketika malaikat penjaga gunung menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif, beliau menolak dan berharap keturunan mereka suatu hari akan menerima Islam.

Penaklukan Thaif

Thaif baru memeluk Islam setelah peristiwa Perang Hunain dan Pengepungan Thaif pada tahun 8 H. Meski pengepungan awalnya tidak berhasil, tekanan politik dan dakwah Rasulullah membuat penduduk Thaif akhirnya masuk Islam secara sukarela. Sejak saat itu, Thaif menjadi bagian penting dalam wilayah kekuasaan Islam.

Thaif pada Masa Kekhalifahan dan Modern

Pada masa kekhalifahan, Thaif tetap dikenal sebagai kota subur dan penting secara ekonomi. Ia juga menjadi tempat rehat bagi para jamaah haji, karena udaranya yang sejuk dan nyaman. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, Thaif dibangun dan dikelola sebagai bagian dari wilayah Hijaz, hingga akhirnya bergabung dalam Kerajaan Arab Saudi pada abad ke-20.

Refleksi Sejarah

Thaif bukan hanya kota yang indah dan sejuk secara geografis, tetapi juga menyimpan jejak spiritual dan sejarah yang dalam dalam perjalanan Islam. Dari penolakan hingga penerimaan, dari luka hingga harapan, Thaif adalah saksi bisu ketabahan dan kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang luar biasa.

Baca juga:
Layanan kami