Sejarah masjid pertama di Afrika yang didirikan oleh Sayidina ‘Amr bin Al-‘Ash. Masjid tua di Al-Fusthath, Mesir ini masih eksis hingga hari ini.
Tanah Al-Fusthath adalah saksi sejarah bisu berdirinya sebuah masjid pertama yang didirikan di Afrika usai pembebasan Negeri Mesir dari kekuasaan Romawi. Yakni Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash. Meskipun terdapat pendapat lain yang mengatakan bahwasanya Masjid As-Sadat Quraisy yang berlokasi di Bilbis, Mesir adalah yang pertama kali dibangun. Namun, pendapat tersebut baru muncul dan dibesar-besarkan beberapa dekade terakhir saja. Itu pun kebanyakannya hanya berbentuk artikel di surat kabar. Adapun mayoritas sejarawan kredibel sejak dulu hingga kini mengatakan bahwa Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash lah yang pertama. Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, masjid ini adalah lambang dan syiar kemenangan pasukan Sahabat ‘Amr bin Al-‘Ash atas Mesir.
Sebagaimana sunah Baginda Nabi Muhammad SAW yang membangun masjid setelah tiba di Madinah, begitupun halnya dengan ‘Amr bin Al-‘Ash. Atas perintah Sayidina Umar bin Al-Khaththab kepada semua panglimanya, beliau memerintahkan untuk mendirikan masjid setelah pembebasan suatu wilayah.
Al-‘Umrani bahwasanya ada sebuah sumber pustaka penting yang bercerita tentang sejarah Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash karangan Imam Al-Kindi (wafat 350 H/961 M). Kitab tersebut bernama Akhbar Masjid Ahli Ar-Rayah Al-A’zham wa Awwal Amrihi wa Binaihi wa Ziyadah Al-Umara fihi wa Ghairihim wa Majalis Al-Hukkam wa Al-Fuqaha minhu wa Ghair Dzalik. Dari judulnya, terlihat bahwasanya kitab ini membahas dengan lengkap seputar sejarah Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash, perkembangannya, siapa saja yang merenovasinya dari masa ke masa, hingga penuturan majelis-majelis alim ulama dan cendekiawan di sana. Meskipun, menurut Dr. Aiman Fuad Sayyid, kitab ini tidak sampai kepada kita. Dalam artian, bahkan manuskripnya pun sudah tidak ada. Namun, kitab yang hilang tersebut adalah rujukan utama Imam Al-Maqrizi dalam kitab Al-Mawa’izh wa Al-I’tibar miliknya. Alhasil, sejumlah isi kitab Al-Kindi mengenai Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash dapat di akses melalui kitab milik Al-Maqrizi.
Dalam Al-Mawa’izh wa Al-I’tibar, menukil dari Al-Kindi yang meriwayatkan dari Yazid bin Habib, disebutkan bahwasanya kiblat masjid ini dibangun oleh delapan puluh sahabat Baginda Nabi SAW, di antaranya yaitu Az-Zubair bin Al-‘Awwam, Al-Miqdad bin Al-Aswad, ‘Ubadah bin Ash-Shamit, Abu Ad-Darda, Fudhalah bin ‘Ubaid, dan ‘Uqbah bin ‘Amir. Pada awal pembangunannya, masjid ini dibuat dengan panjang 50 dzira’ (31 meter) dan lebar 30 dzira’ (18, 5 meter). Terdapat dua pintu yang menghadap rumah Sahabat Amr bin Al-‘Ash, dua pintu di bagian utara, dan dua pintu di bagian barat. Setelahnya, masjid yang kita lihat hari ini adalah hasil renovasi, penambahan dari para pemberi wakaf dan umara di tiap masa.
Renovasi yang pertama kali dilakukan semenjak berdirinya masjid ini adalah renovasi yang dilakukan oleh Sayidina Maslamah bin Mukhallad, salah seorang sahabat Nabi SAW yang menjadi gubernur Mesir pada masa pemerintahan Sayidina Mu’awiyyah bin Abu Sufyan. Renovasi tersebut terjadi pada tahun 53 H (672 M), 32 tahun setelah berdirinya masjid. Hal itu dilakukan atas pengaduan dari Maslamah karena masjid sudah tidak mampu menampung jumlah penduduknya.
Jika merujuk kepada kitab Al-Mazarat Al-Islamiyyah wa Al-Atsar Al-‘Arabiyyah fi Mishr wa Al-Qahirah, setidaknya terdapat lebih dari 30-an kali renovasi besar-besaran di tiap masanya. Jika menyinkronkan beberapa riwayat, baik yang tidak ada di dalam Al-Mazarat dan yang ada di dalam kitab Al-Muhadharah Al-Atsariyyah yang ditulis oleh Yusuf Ali, pengawas situs arkeologi Islam negeri Arab di Kementerian Wakaf, maka, renovasi telah dilakukan lebih dari 40-an kali.
Dengan penjagaan yang selalu kontinu semenjak zaman khulafaurasyidin dahulu hingga detik ini, Masjid ‘Amr bin Al-‘Ash terus eksis tanpa terpengaruh oleh terpaan zaman yang silih berganti. Meskipun banyak perbedaan pandangan politik pada tiap-tiap dinasti, namun, masjid pertama se-Afrika ini senantiasa dijaga dan dirawat tanpa harus menjadi korban. Tidak sebagaimana yang banyak terjadi dengan beberapa bangunan sejarah lainnya, ketika terjadi pergantian penguasa, juga menjadi korban penghancuran.
Masjid ini adalah salah satu peninggalan bersejarah era Islam pertama dan tercatat sebagai bangunan bersejarah di bawah perlindungan Kementerian Purbakala Mesir dengan nomor 319. Tak hanya sebagai tempat peribadatan kaum muslimin, masjid ini juga menjadi salah satu destinasi wajib bagi para turis yang berkunjung ke Negeri Mesir, khususnya para pendatang dari negeri Islam. Sebuah penyesalan besar bagi peziarah jika tidak mengunjungi bangunan yang telah berdiri selama 14 abad ini.