Al-Azhar Asy-Syarif merupakan salah satu pusat keilmuan Islam tertua dan paling berpengaruh di dunia. Berdiri selama lebih dari seribu tahun, Al-Azhar telah melahirkan banyak ulama besar yang berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan Islam.

Lembaga ini didirikan oleh Dinasti Fatimiyah setelah panglima Jauhar al-Siqqili, di bawah kekhalifahan Abu Tamim Ma’ad al-Mu’iz Li Dinillah, menaklukkan Mesir pada tahun 969 M. Pembangunan Masjid Al-Azhar dimulai pada 24 Jumadil Ula 359 H (970 M) dan selesai pada 7 Ramadhan 361 H (972 M). Awalnya, tujuan utama pendiriannya adalah untuk menyebarkan Mazhab Syiah Ismailiyah di Mesir. Nama “Al-Azhar” berasal dari kata “al-Zahra,” yang merujuk kepada Sayyidah Fatimah al-Zahra, putri Rasulullah SAW.

Perubahan Mazhab dan Transformasi Pendidikan

Pada 3 Muharram 567 H (1171 M), Dinasti Fatimiyah digulingkan oleh panglima besar Salahuddin Al-Ayyubi, dan Mesir berada di bawah kekuasaan Dinasti Ayyubiyah. Salahuddin mengubah mazhab resmi dari Syiah ke Sunni dan memperkenalkan sistem perguruan tinggi di Mesir. Dalam sistem ini, perguruan tinggi dipisahkan dari masjid dan memiliki ruang kelas, asrama, serta perpustakaan sendiri. Sejak saat itu, Al-Azhar berkembang menjadi pusat pendidikan Islam Sunni yang sangat berpengaruh.

Masa Kejayaan di Era Dinasti Mamluk

Setelah Dinasti Ayyubiyah berakhir, Mesir berada di bawah Dinasti Mamluk, yang memberikan perhatian besar terhadap pengembangan Al-Azhar. Pada masa pemerintahan Sultan Abu al-Nasr Qaitbay al-Mahmudi al-Zahiri (1468-1496 M), Al-Azhar mengalami renovasi besar-besaran. Pada periode ini, tepatnya tahun 1250 M, Al-Azhar semakin berkembang pesat. Pemerintah Mamluk bahkan mulai memberikan gaji kepada para pengajar, tunjangan bagi siswa, serta dana bantuan untuk operasional lembaga ini. Kairo saat itu memiliki sekitar 70 lembaga pendidikan Islam, tetapi Al-Azhar tetap menjadi yang paling terkenal dan berpengaruh.

Era Kekuasaan Utsmani dan Pembentukan Grand Syekh Al-Azhar

Pada Januari 1517 M, pasukan Utsmani menaklukkan Dinasti Mamluk, mengalihkan pusat kekhalifahan Islam dari Kairo ke Istanbul. Meskipun berada di bawah kekuasaan Utsmani, Al-Azhar tetap mempertahankan karakteristik dan perannya sebagai pusat pendidikan Islam. Pada periode ini, jabatan Grand Syekh Al-Azhar mulai dibentuk, dengan Syekh Muhammad Abdullah al-Kharrasyi sebagai Grand Syekh pertama.

Modernisasi dan Pengakuan Sebagai Universitas

Pada tahun 1961, di bawah pemerintahan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Al-Azhar secara resmi diakui sebagai universitas modern. Seiring perkembangan zaman, berbagai fakultas baru dibuka, termasuk fakultas bisnis, ekonomi, sains, farmasi, kedokteran, teknik, dan pertanian. Saat ini, Universitas Al-Azhar menjadi salah satu universitas Islam tertua dan paling terkemuka di dunia, dengan ribuan mahasiswa dari berbagai negara.

Kesimpulan

Al-Azhar Asy-Syarif bukan hanya sekadar masjid atau universitas, tetapi juga pusat keilmuan Islam yang telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan Islam. Sejarah panjangnya membuktikan bahwa Al-Azhar tetap menjadi institusi yang berperan penting dalam membentuk peradaban Islam hingga saat ini.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *