Setelah pemerintah Arab Saudi mengumumkan penutupan semua pintu masuk ke negaranya bagi yang akan melaksanakan ibadah umroh dan ziarah masjid nabawi bagi umat muslim dari seluruh penjuru dunia pada kamis (27/2/2020), membuat keadaan kota Makkah dan Madinah yang biasanya penuh padat oleh jamaah menjadi sepi.
Sejak virus corona (covid-19) merebak. Pemerintah Arab Saudi dengan sigap mengambil keputusan yang sangat berat, yaitu menutup semua akses masuk negaranya sebagai antisipasi penyebaran dan sebagai upaya melidungi seluruh warga negara dan lebih luas lagi melindung seluruh umat muslim yang hendak melaksanakan ibadah umroh dari terjangkitnya virus ini.
Sebagaimana ditegaskan oleh Duta besar Arab saudi untuk Indonesia dalam sebuah wawancara, “bahwa kebijakan ini diambil sebagai langkah untuk melindungi seluruh jamaah umroh yang datang kenegaranya”.
Upaya KSA melindungi para jamaah dan warga negara
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, seperti yang dilangsir dari laman Saudi Gazette, jumlah jamaah umroh sepanjang 5 bulan terakhir periode 1 Muharram – 22 Jummadil Awal 1441 Hijriyah (31 Agustus 2019 – 17 Januari 2020) mencapai 2.913.170 juta visa umroh. Bahkan dalam setahun Arab Saudi bisa menerima hingga 18,3 juta jamaah yang datang untuk melakukan Umrah.
Jika jutaan jamaah itu berkumpul di satu tempat dan ada salah satu saja diantaranya terindikasi tertular virus Corona, maka penyebaran menjadi hal yang sulit dihindarkan.
Saat ini, walaupun sudah diberlakukan penutupan akses masuk, ternyata tak mengelakkan semakin mengingkatnya jumlah penyebaran virus dinegara ini. Dikutip dari worldometers.info, pada minggu (29/3/2020) jumlah total kasus corona di Kerajaan Arab Saudi, kini sudah mencapai 1.299 kasus, dan dengan angka kematian delapan orang.
Untuk memutus mata rantai penyebaran virus yang sudah menjadi pandemi dan telah banyak memakan korban jiwa ini, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh kerajaan Arab saudi. Diantaranya:
Pada 4 maret 2020: Menutup layanan ibadah umrah bagi siapapun, termasuk umat muslim yang ada di Arab Saudi, baik warga Saudi maupun warga asing.
Disusul 14 Maret 2020: Menutup jalur penerbangan internasional dari dan ke Saudi,
Dan pada 25 Maret 2020: Diberlakukan karantina wilayah (larangan memasuki/ meninggalkan) di tiga kota, yaitu: Riyadh, Madinah dan Makkah. Kemudian pada 29 maret ditambah kota Jeddah. Serta diberlakukannya jam malam (curfew) dari pukul 15.00 hingga 06.00 bagi keempat kota tersebut.
Makkah sepi, hingga denda 10.000 real Saudi
Ustadz Asep, salah seorang mahasantri yang sudah lama tinggal di Makkah dan kemudian mendedikasikan dirinya sebagai pembimbing jamaah umroh Rehlata, mengatakan; pasca ditutupnya layanan ibadah umroh, ditambah dikeluarkanya kebijakan karantina wilayah. Kota Makkah saat ini sangat sepi dan jauh dari seperti hari-hari biasanya.
“Sekarang Makkah seperti kota mati, sepi banget, tenang, jalanan lengang, tidak ada orang lalu-lalang, kantor-kantor, hotel-hotel, toko-toko yang biasanya dipenuhi jamaah Indonesia untuk berbelaja oleh-oleh kini tutup dan hanya apotik dan rumah sakit saja yang buka”.
“Sekarang juga kerajaan memberlakukan tidak boleh keluar rumah mulai jam 3 sore sampai jam 6 pagi, dan bagi yang melanggar akan dikenakan denda 10.000 real saudi (senilai sekitar Rp. 40.000.000) atau penjara selama satu bulan”.
Lebih lanjut ustadz Asep menceritakan bahwa akses masuk ke Masjidil Haram pun saat ini dibatasi, hanya dibuka pada saat pelaksanaan sholat fardu saja.
“Masjidil haram dibuka hanya sebatas untuk melaksanakan sholat fardu berjamaah saja, dibuka satu jam sebelum dan setelah pelaksanaan sholat berjamaah”. jelasnya
Kondisi WNI di Makkah
Ditanya perihal kondisi WNI disana, ustadz Asep menjelaskan kondisi WNI di Mekkah baik-bak saja.
“Alhamdulillah kondisi WNI di Mekkah baik-baik saja, tapi untuk data validnya saya kurang tau persis”, jelasnya
“Tapi kalo dari segi ekonomi, sangat prihatin. Tidak ada jamaah umroh yang datang, tentunya tidak ada pemasukan, sementara pengeluaran terus menerus. Kami hanya diam di rumah saja mengikuti instruksi dari Kerajaan dan KBRI. Serta melakukan ibadah-ibadah yg dapat mendekatkan diri kepada Allah; seperti sholat-sholat sunnah, murojaah al-Qur’an dan membaca buku-buku yang bermanfaat”
Lebih lanjut ustadz Asep menjelaskan “Disamping itu beberapa dispensasi yang kabarnya akan diberikan oleh pemerintah Arab Saudi, seperti potongan pembayaran pajak tinggal selama enam bulan, sementara ini belum ada kejelasan. Pembagian sembako, mukafaah atau sumbangan lainnya juga belum ada.”
Diakhir cerita, ustadz Asep menyampaikan dikondisi yang serba sulit dan belum jelas ini, membuatnya ingin segera pulang ke Indonesia, berkumpul bersama anak, istri dan keluarganya, akan tetapi sementara waktu masih terhalang sebab ditutupnya semua penerbangan internasional masuk dan keluar Saudi.
Dia berharap semoga pemerintah Indonesia punya solusi untuk ini, dan semoga wabah ini segera berlalu, sehinga kita semua dapat menjalankan aktifitas, dan beribadah di tanah suci Makkah dan Madinah seperti sediakala. []
Rehlata
Baca Juga:
– Virus Corona Ditengah Mahasiswa Indonesia Di Mesir
– Umroh Sekaligus Menikmati Pesona Keindahan Turki